Catur Paramita
Catur paramita sebagai bentuk kearifan
local bali merupakan
4 (empat) pedoman
ajaran susila/etika dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata
Catur
Paramita, berasal dari bahasa
Sansekerta
dimana
kata ”catur” berarti empat dan ”paramita”
berarti sifat dan sikap utama,
sehingga Catur Paramita berarti
empat macam
sifat dan
sikap
utama
yang patut
dijadikan
landasan bersusila. Selain itu, Catur Paramita merupakan salah satu landasan atau pedoman untuk melaksanakan ajaran susila atau ethika dalam ajaran Agama
Hindu (Sudirga.dkk, 2007). Secara sederhana Catur Paramita dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Maitri
Maitri berasal dari kata mitra yang berarti bersahabat, jadi maitri berarti senang mencari kawan dan bergaul. Maksudnya adalah setiap orang harus tahu menempatkan diri dalam masyarakat, ramah-tamah, serta menarik hati segala perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya (Sudirga.dkk, 2007). Lebih lanjut Suhardana (2006) menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, mempunyai Atman yang merupakan sinar suci kebesaran Tuhan. Jadi manusia berasal dari sumber yang satu, karena itu sesungguhnya semua manusia itu bersaudara dan bersahabat.
Karuna
Karuna adalah perbuatan luhur atau belas kasihan terhadap orang yang menderita, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua mahluk. Bahkan harus bersedia berkorban demi kebahagian orang lain sebagai penderitaannya sendiri. Dengan demikian rasa kasih sayang terhadap semua mahluk akan terpupuk (Sudirga.dkk, 2007).
Mudita
Mudita artinya simpati atau turut merasakan baik kesusahan maupun kebahagiaan orang lain. Lebih lanjut, manusia akan terhindar dari rasa iri hati, dengki, dan benci apabila, mampu memiliki dan melasanakan sifat mudita. Hal ini menunjukkan bahwa mudita merupakan sikap solider terhadap sesama (Sudirga, 2007). Untuk dapat berbuat mudita, maka jangan melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain susah, atau jangan memiliki rasa iri hati kepada orang lain. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa untuk mendapatkan simpati, seseorang harus simpati terhadap orang lain pula.
Upeksa
Maitri
Maitri berasal dari kata mitra yang berarti bersahabat, jadi maitri berarti senang mencari kawan dan bergaul. Maksudnya adalah setiap orang harus tahu menempatkan diri dalam masyarakat, ramah-tamah, serta menarik hati segala perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya (Sudirga.dkk, 2007). Lebih lanjut Suhardana (2006) menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, mempunyai Atman yang merupakan sinar suci kebesaran Tuhan. Jadi manusia berasal dari sumber yang satu, karena itu sesungguhnya semua manusia itu bersaudara dan bersahabat.
Karuna
Karuna adalah perbuatan luhur atau belas kasihan terhadap orang yang menderita, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua mahluk. Bahkan harus bersedia berkorban demi kebahagian orang lain sebagai penderitaannya sendiri. Dengan demikian rasa kasih sayang terhadap semua mahluk akan terpupuk (Sudirga.dkk, 2007).
Mudita
Mudita artinya simpati atau turut merasakan baik kesusahan maupun kebahagiaan orang lain. Lebih lanjut, manusia akan terhindar dari rasa iri hati, dengki, dan benci apabila, mampu memiliki dan melasanakan sifat mudita. Hal ini menunjukkan bahwa mudita merupakan sikap solider terhadap sesama (Sudirga, 2007). Untuk dapat berbuat mudita, maka jangan melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain susah, atau jangan memiliki rasa iri hati kepada orang lain. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa untuk mendapatkan simpati, seseorang harus simpati terhadap orang lain pula.
Upeksa
Upeksa dapat juga
dikatakan sebagai toleransi, mengalah
demi keutuhan. Senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan oleh orang lain, seorang yang upeksa tetap tenang dan
selalu berusaha membalas
kejahatan dengan kebaikan
bisa juga dimaksud
dengan tahu mawas diri. Orang yang upeksa selalu waspada terhadap situasi yang
dihadapi, namun bijaksana dalam menjaga
keseimbangan lahir batin dan tidak mencampuri urusan orang lain. Untuk berbuat upeksa maka pantang menghina orang
lain, memandang rendah orang
lain, menindas orang lain, atau
selalu dapat berusaha mengendalikan dorongan hawa nafsu
jahat.
Sehingga ajaran Catur Paramita patut kita upayakan realisasikan dalam hidup dan kehidupan ini. Dengan demikian diantara kita mahluk ciptaan-Nya dapat hidup berdampingan, serasi, selaras, harmonis dan damai. Ajaran Catur Paramita sebagai realisasi dari ajaran Tat Twam Asi patut dijadikan pedoman oleh setiap umat manusia untuk memujudkan kehidupan ini yang sempurna.
Sehingga ajaran Catur Paramita patut kita upayakan realisasikan dalam hidup dan kehidupan ini. Dengan demikian diantara kita mahluk ciptaan-Nya dapat hidup berdampingan, serasi, selaras, harmonis dan damai. Ajaran Catur Paramita sebagai realisasi dari ajaran Tat Twam Asi patut dijadikan pedoman oleh setiap umat manusia untuk memujudkan kehidupan ini yang sempurna.
Berikut Contoh Video terkait ajaran Catur Paramitha :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar