Selasa, 25 April 2017

TRI PARARTHA MENUJU SANTI & JAGADHITA



Manusia merupakan mahluk sosial, yang tidak pernah lepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan damai maka kita harus menjaga hubungan yang harmonis yang dalam ajaran Agama Hindu disebut dengan Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta, antara manusia dengan sesama manusia, begitu pula antara manusia dengan lingkungan alam.

Selain itu, upaya untuk mewujudkan tatanan hidup yang bahagia dan sejahtera dapat dilakukan dengan berbagai cara,  salah satunya dengan memahami dan menerapkan ajaran Tri Parartha yakni asih, punia dan bhakti. Tri berarti tiga, Parartha berarti kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan, dan kesukaan hidup umat manusia.  Tri Parartha dapat diartikan sebagai tiga hal yang dapat menyebabkan terwujudnya kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan dan kesukaan hidup umat manusia. Adapun tiga prihal yang dimaksudkan tersebut, diantaranya :
1.      Asih

         Asih adalah menyayangi dan mengasihi sesama mahluk sebagai mengasihi diri sendiri. Saling asah (harga menghargai), saling asih (cinta mencintai), saling asuh (hormat menghormati) sesama mahluk agar terwujud kerukunan, kedamaian dan  keharmonisan  dalam  kehidupan  serta  tercapainya  jagathita (Sumartawan,2009: 47), Sedangkan menurut Oka (2009: 45) asih (cinta kasih) diartikan menyayangi dan mengasihi sesama mahluk seperti menyayangi diri sendiri. Perbuatan ini harus dilandasi oleh ketulusan hati. 

          Cinta kasih juga dapat kita temukan dalam konsep Tat Twam Asi dengan hakekatnya bermuara dari kasih sayang yang diaktualisasikan kedalam bentuk sikap yang memandang segala mahluk adalah sama, “vasudeva kutumbakam”. Andai saja cinta kasih yang dimiliki setiap manusia  dipelihara dan diarahkan dengan baik, meskipun kita berbeda, kita akan temui ketentraman dan kedamaian itu.Cinta kasih dalam pikiran adalah kebenaran, dalam ucapan adalah kejujuran, dalam perbuatan adalah kebajikan, dan cinta kasih dalam perasaan adalah kedamaian.

                Kitab suci Rg Veda, X. 191.4 menyebutkan sebagai berikut :

                        “ Samani va akutih, samana hrdayani vah,

                           Samanam astu vo mano, yatha va susahasati

artinya:

“Samalah hendaknya tujuanmu, samalah hendaknya hatimu, samalah hendaknya pikiranmu, dengan demikian semoga semua hidup bahagia bersama – sama”.



2.   Punia
              Punia adalah menolong orang lain dengan memberikan sesuatu atau harta benda yang dimiliki dan berguna bagi yang diberikan. (Sumartawan, 2009: 47). Juga dinyatakan oleh Oka (2009: 45) bahwa punia diartikan perwujudan cinta kasih dalam bentuk saling menolong dengan memberikan sesuatu kepada mereka yang membutuhkan. Pemberian biasanya berupa: Makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, pelayanan atau berupa ilmu pengetahuan. Penanaman ajaran punia diterapkan di lingkungan keluarga melalui konsep saling membantu sesama serta tidak  mementingkan  diri  sendiri.     Selalu  membagi perasaan,     menyisihkan sebagian   dari   harta   yang   dimiliki   untuk   kepentingan   orang   lain   yang membutuhkan pertolongan dan tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang telah diberikan kepada siapa saja.

Dalam Yajur Veda XL.1 disebutkan sebagai berikut : 

“ Īsā vāsyam idam śarvam yat kim ca, jagatyām jagat tena tyaktena,

bhuñjthā mā gadhah kasya svid dhanam”

Yang artinya,

“Semestinya dipahami bahwa segalanya diresapi oleh Ida Sang Hyang Parama Kawi, segala yang bergerak dan yang tak bergerak dialam semesta ini. Hendaknya, orang tidak terikat dengan berbagai kenikmatan dan tidak rakus serta menginginkan milik orang lain”.



Punia dalam arti luas juga termasuk pelayanan, dalam bahasa Sansekerta disebut dengan sevanam dan dalam bahasa Bali diidentikkan dengan kata ngayah atau melayani. Berpunia terhadap  sesama ciptaan-Nyasekalipun antara satu dan yang lainnya tidaklah sama. Perbedaan ini dimaksudkan agar kita mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing, sehingga bisa untuk saling tolong menolong. Dan ketika kita memberikan pertolongan baik berupa jasa ataupun materi, agar didasari olehketulusan dan keiklasan tanpa mengharapkan suatu imbalan.



3.  Bhakti
 
Bhakti adalah sujud bhakti kehadapan Hyang Widhi, dalam hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk sembahyang setiap saat, dimana kita hendaknya ingat kehadapan Hyang Widhi, karena beliau Maha Pengasih, Penyayang kepada semua mahluk  ciptaan-Nya.  (Sumartawan,2009:  47). Selanjutnya  Oka (2009:  45) menyatakan bahwa bhakti merupakan perwujudan cinta kasih dan sujud bhakti kepada Hyang Widhi, Orang tua, dan Pemerintah. 

Pustaka suci gveda X.7.3 menyebutkan sebagai berikut :
“ Agni manye pitaram agnim āpim agni bhrātara sadami sakhāyam, agner anka bhatah saparya divi śukra yajata sūryasya“


Yang artinya :

“Tuhan Yang Maha Kuasa yang kami yakini sebagai bapak kami, ibu kami, sanak saudara dan  keluarga kami, kami puja Engkau sebagai yang memiliki wajah yang agung, sinar suci Surya di langit”.



Walaupun berbeda gelar yang diberikan kepada-Nya, berbeda tata cara untuk bersujud dan berbhakti terhadap-Nya, namun ialah yang esa, ekam sat viprah bahuda vadanti. Begitu pula halnya kepada sesama manusia kita harus saling hormat menghormati, harga menghargai karena dihadapan-Nya kita semua sama, yang membedakan hanyalahamal perbuatan yang kita lakukan.

Asih, punia dan bhakti adalah ajaran agama yang patut dijadikan pedoman untuk menumbuhkan sikap mental masing – masing pribadi agar tidak terikat oleh pengaruh benda duniawi. Cinta kasih melandasi segalanya, kita melaksanakan punya karena cinta kasih dan berbhakti pula atas dasar kasih sayang. Dengan mengamalkannya senantiasa mampu menciptakan keharmonisan dan kedamaian, sesuai tujuan Agama Hindu yakni Moksartam Jagadhitaya Ca Iti Dharma.
Tri Parartha merupakan wahana untuk saling introspeksi diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga menimbulkan suatu interaksi, hubungan timbal balik antar sesama, bukan untuk memecah melainkan untuk penyatuan. Yakni dengan menjadikan ajaran Tri Parartha sebagai pondasinya. 
1.      Asih, yaitu cinta kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua ciptaan-Nya dalam kehidupan yang paras paros sarpa naya salung – lung sabayan taka.

2.      Punia, yaitu dermawan, tulus dan iklas. Ketika hidup berdampingan selalu saling tolong menolong baik berupa jasa maupun materi tanpa mengharapkan suatu imbalan.

3.      Bhakti, yaitu sujud kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta saling menghormati dan menghargai antar sesama ciptaan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar