Manusia merupakan mahluk sosial, yang tidak pernah lepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan yang tentram
dan damai maka kita harus menjaga hubungan yang harmonis yang dalam ajaran
Agama Hindu disebut dengan Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang harmonis
antara manusia dengan Sang Pencipta, antara manusia dengan sesama manusia,
begitu pula antara manusia dengan lingkungan alam.
Selain itu,
upaya untuk mewujudkan tatanan hidup yang bahagia dan sejahtera dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan memahami dan menerapkan ajaran
Tri Parartha yakni asih, punia
dan bhakti. Tri berarti tiga, Parartha berarti kesempurnaan, kebahagiaan, keselamatan,
kesejahteraan, keagungan, dan kesukaan hidup umat manusia. Tri
Parartha dapat diartikan sebagai tiga hal yang dapat menyebabkan terwujudnya kesempurnaan,
kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan, keagungan dan kesukaan hidup umat
manusia. Adapun tiga prihal yang dimaksudkan tersebut, diantaranya :
1.
Asih
Asih adalah menyayangi dan mengasihi sesama mahluk sebagai mengasihi diri sendiri. Saling
asah (harga menghargai),
saling asih (cinta mencintai), saling asuh (hormat menghormati) sesama mahluk agar
terwujud kerukunan, kedamaian
dan keharmonisan dalam
kehidupan
serta tercapainya
jagathita (Sumartawan,2009:
47), Sedangkan menurut Oka (2009: 45) asih (cinta kasih)
diartikan menyayangi dan mengasihi sesama mahluk
seperti
menyayangi
diri sendiri. Perbuatan ini harus dilandasi oleh
ketulusan hati.
Cinta kasih juga dapat kita temukan
dalam konsep Tat Twam Asi dengan hakekatnya bermuara dari kasih sayang
yang diaktualisasikan kedalam bentuk sikap yang memandang segala mahluk adalah
sama, “vasudeva kutumbakam”. Andai saja cinta kasih yang dimiliki setiap
manusia dipelihara dan diarahkan dengan baik, meskipun kita berbeda, kita
akan temui ketentraman dan kedamaian itu.Cinta kasih dalam pikiran adalah
kebenaran, dalam ucapan adalah kejujuran, dalam perbuatan adalah kebajikan, dan
cinta kasih dalam perasaan adalah kedamaian.
Kitab suci Rg Veda, X. 191.4 menyebutkan sebagai berikut :
“ Samani va akutih, samana hrdayani vah,
Samanam astu vo mano, yatha va susahasati “
artinya:
“Samalah
hendaknya tujuanmu, samalah hendaknya hatimu, samalah hendaknya pikiranmu,
dengan demikian semoga semua hidup bahagia bersama – sama”.
2. Punia
Punia adalah menolong orang
lain dengan memberikan sesuatu atau harta
benda yang
dimiliki dan berguna bagi yang diberikan. (Sumartawan, 2009: 47).
Juga dinyatakan oleh Oka (2009: 45) bahwa punia diartikan perwujudan cinta
kasih dalam bentuk saling
menolong dengan memberikan sesuatu kepada mereka
yang membutuhkan. Pemberian biasanya berupa: Makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, pelayanan atau
berupa ilmu pengetahuan. Penanaman ajaran punia
diterapkan di lingkungan keluarga melalui konsep saling membantu sesama serta
tidak
mementingkan diri
sendiri.
Selalu membagi perasaan, menyisihkan
sebagian
dari harta yang dimiliki
untuk
kepentingan orang lain yang membutuhkan pertolongan dan tidak mengharapkan imbalan terhadap
apa
yang telah diberikan
kepada siapa
saja.
Dalam Yajur Veda XL.1 disebutkan
sebagai berikut :
“ Īsā vāsyam idam śarvam yat kim ca, jagatyām jagat tena
tyaktena,
bhuñjῑthā mā gadhah kasya svid dhanam”
Yang artinya,
“Semestinya dipahami bahwa segalanya diresapi oleh Ida
Sang Hyang Parama Kawi, segala
yang bergerak
dan yang tak bergerak dialam semesta ini. Hendaknya, orang tidak terikat dengan
berbagai kenikmatan dan tidak rakus serta menginginkan milik orang lain”.
Punia dalam arti luas juga termasuk pelayanan, dalam bahasa
Sansekerta disebut dengan sevanam dan dalam
bahasa Bali diidentikkan dengan kata ngayah atau melayani. Berpunia
terhadap sesama ciptaan-Nyasekalipun antara satu dan yang lainnya
tidaklah sama. Perbedaan ini dimaksudkan agar kita mengetahui kelemahan dan
kelebihan masing-masing, sehingga bisa untuk saling tolong menolong. Dan ketika kita
memberikan pertolongan baik berupa jasa ataupun materi, agar didasari
olehketulusan dan keiklasan tanpa mengharapkan suatu imbalan.
3. Bhakti
Bhakti adalah sujud bhakti kehadapan Hyang Widhi, dalam hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk sembahyang setiap saat, dimana kita
hendaknya ingat
kehadapan Hyang Widhi, karena
beliau Maha Pengasih, Penyayang kepada semua mahluk ciptaan-Nya.
(Sumartawan,2009: 47). Selanjutnya Oka (2009:
45) menyatakan bahwa bhakti merupakan perwujudan cinta kasih dan sujud bhakti kepada Hyang Widhi, Orang tua, dan Pemerintah.
Pustaka suci Ṛgveda X.7.3 menyebutkan sebagai berikut
:
“ Agniṁ manye pitaram agnim āpim agniṁ bhrātaraṁ sadami sakhāyam, agner anῑkaṁ bṛhatah saparyaṁ divi śukraṁ yajataṁ sūryasya“
Yang artinya :
“Tuhan Yang
Maha Kuasa yang kami yakini sebagai bapak kami, ibu kami, sanak saudara
dan keluarga kami, kami puja Engkau sebagai yang memiliki wajah yang
agung, sinar suci Surya di langit”.
Walaupun berbeda gelar yang diberikan
kepada-Nya, berbeda tata cara untuk bersujud dan berbhakti terhadap-Nya, namun
ialah yang esa, ekam sat viprah bahuda vadanti. Begitu pula halnya kepada
sesama manusia kita harus saling hormat menghormati, harga menghargai karena
dihadapan-Nya kita semua sama, yang membedakan hanyalahamal perbuatan yang kita
lakukan.
Asih, punia dan bhakti
adalah ajaran agama yang patut dijadikan pedoman untuk menumbuhkan sikap mental
masing – masing pribadi agar tidak terikat oleh pengaruh benda duniawi. Cinta
kasih melandasi segalanya, kita melaksanakan punya karena cinta kasih dan
berbhakti pula atas dasar kasih sayang. Dengan mengamalkannya senantiasa mampu
menciptakan keharmonisan dan kedamaian, sesuai tujuan Agama Hindu yakni Moksartam
Jagadhitaya Ca Iti Dharma.
Tri Parartha merupakan wahana untuk
saling introspeksi diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing
sehingga menimbulkan suatu interaksi, hubungan timbal balik antar sesama, bukan
untuk memecah melainkan untuk penyatuan. Yakni dengan menjadikan ajaran Tri Parartha sebagai
pondasinya.
1.
Asih, yaitu
cinta kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua ciptaan-Nya dalam
kehidupan yang paras paros sarpa naya salung – lung sabayan taka.
2.
Punia, yaitu
dermawan, tulus dan iklas. Ketika hidup berdampingan selalu saling tolong
menolong baik berupa jasa maupun materi tanpa mengharapkan suatu imbalan.
3.
Bhakti, yaitu
sujud kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta saling menghormati dan menghargai
antar sesama ciptaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar